Salurkan Infaq Anda untuk PEMBANGUNAN GEDUNG MADRASAH DINIYAH MUHAMMADIYAH SIDOMULYO KEC.ANGGANA KAB.KUKAR melalui: BRI UNIT ANGGANA No. Rek. 4565.01.003179.53.3 a.n. PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH ANGGANA

AmirHady RadioOnline

Free Shoutcast HostingRadio Stream Hosting

lazada

Selasa, 27 November 2007

Hukum mati efisien ?


Kasus roy marten, sekali lagi menunjukan bahwa hukum yang dibuat oleh manusia sangat tidak bisa dijadikan sebagai jaminan seseorang akan menjadi jera dan tidak akan lagi mengulangi perbuatannya yang salah, bahwa penjara tidak bisa membuat seseorang akan serta merta sadar dan memperbaiki kelakuan seseorang, itulah hukum manusia. Kalau saja perbuatan itu hanya merugikan diri pribadi seseorang, maka itu masih lumayan, akan tetapi bila perbuatan yang diulangi setelah keluar dari penjara itu merugikan orang atau pihak lain, maka hal itu merupakan perbuatan yang sangat melanggar HAM, apalagi seperti kasuh-kasus, pencurian, perampokan, pemerkosaan atau pembunuhan, kalau sampai diulangi setelah keluar dari penjara, maka itu merupakan perbuatan "biadab" yang tidak berprikemanusiaan.


Islam dalam menangani kasus-kasus hukum demikian, sangat tegas, yaitu yang disebut dengan hukum "qisas", artinya setelah melalui proses pengadilan, dan apabila vonis tersebut sudah berkekuatan hukum yang tetap, maka eksekusi "qisas" akan segera dilaksanakan, dan dijamin si terhukum tidak akan bisa lagi mengulangi perbuatan yang sama dikemudian hari. Memang sepertinya (pada pandangan manusia) hukuman tersebut tidak beradab atau melanggar HAM si terhukum, tapi sebenarnyalah, itu semua untuk menjamin ketentraman bagi masyarakat sekitar, karena sang "pembuat onar" sudah tidak mungkin lagi mengulangi perbuatannya kepada orang lain.


Salah satu keuntungan dengan hukuman qisas adalah, Negara tidak mengeluarkan biaya yang besar dengan memberi pelayanan bagi orang yang dipenjara, apalagi dipenjara 15 atau 20 tahun, artinya negara akan mengeluarkan biaya selama 15 atau 20 tahun bagi si terhukum. Coba kita hitung andaikata biaya makan satu orang terhukum satu hari misalnya Rp.5.000, maka selama dihukum 15 tahun, biaya yang dikeluarkan oleh negara sebesar Rp.5.000 x 30 hari x 12 bulan x 15 tahun = 27.000.000, itu baru biaya makan, belum biaya air untuk mandi, listrik, pegawai penjara dan lain-lain. Itu baru satu orang.






Senin, 26 November 2007

dakwah dengan keteladanan

keteladanan adalah merupakan metode dan cara dakwah yang paling utama yang pernah diperagakan oeh Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW sehingga beliau tampil dengan gemilang membawa risalah Islamiyah di jazirah Arab empat belas abad yang lalu, sehingga generasi beliau di sebut Allah SWT sebagai "Sebaik-baik ummat yang pernah ada diantara manusia", tidak akan pernah ada lagi generasi yang seperti itu, walau bagaimanapun majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, walau anggaran belanja dunia ini 10 atau 100 kali lipat dari anggaran belanja dunia sekarang....

Nah... setiap muslim adalah merupakan objek dan subjek dakwah, oleh karena itu berusahaah untuk menjadi tauladan yang utama, dalam bermasyarakat, dalam bertetangga, dalam keluarga, terutama untuk diri sendiri....

Rabu, 21 November 2007

orba lebih "damai"?

kalau menonton berita di tv, sepertinya di indonesia tiada hari tanpa unjuk rasa atau demontrasi atau penertiban yang ujung-ujungnya menimbulkan bentrok dan kekerasan yang ditampakkan. Apakah bangsa ini sudah kehilangan "kelembutannya"? kekerasan dan kekasaran itu diperlihatkan oleh kedua belah pihak, baik yang berunjuk rasa, maupun oleh yang "mengamankan" kegiatan unjuk rasa tersebut.

apakah ini buah dari reformasi?
kita jadi ingat bagaimana suasana dan situasi yang bisa "dikendalikan" pada jaman orde baru, rasanya pengen kembali ke jaman tersebut.....


Yahoo! Answers - Get better answers from someone who knows. Try it now.

Senin, 19 November 2007

Nasib sekolahku.......



Seorang teman menghubungi aku, bahwa seorang guru sma kami dulu mengundang untuk datang ke sekolah, katanya yang diundang sedikit saja, terutama yang bisa dihubungi, dan aku menyanggupi untuk datang bersama istri (sebab istriku juga alumnus sekolah yang sama). Dan malam hari juga aku telah menerima sms undangan tersebut dari teman yang lain.


Alhamdulillah pada hari yang ditentukan kami pun bisa berkumpul di sekolah, hanya sebanyak delapan orang yang bisa hadir, dan guru hanya dua, ditambah kepala sekolah.... singkat kata guru kami tersebut menyampaikan keprihatinan akan kelangsungan sekolah kami yang sudah menurun jumlah siswanya, tahun ini hanya menerima 20 siswa saja. Banyak kendala yang menyebabkan hal tersebut, oleh karena itu setelah diskusi yang berjalan sangat cair, kami bermaksud menyelenggarakan Sarasehan yang berthema Meningkatkan Kualitas Sekolah, pemateri dari pihak sekolah, dari pihak Pembina dan kalau ada dari pihak alumnus yang Insya Allah akan diselenggarakan pada bulan Januari 2008 yang akan datang. Peserta diharapkan dari alumnus sekalian penggalangan dana dan merencanakan pendirian yayasan sebagai wadah para alumnus yang mengusahakan pemberian beasiswa bagi siswa.


Hari berikutnya aku sempat jalan-jalan ke toko buku, terlihat buku Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi, sempat membaca bagian awal dari buku itu,,,, aku seperti tersadar, kayaknya nasib sekolahku itu kalau tidak dibenahi dengan benar dan sungguh-sungguh, bisa-bisa sama nasibnya dengan sekolah yang diceritakan dalam novel itu..........

Rabu, 14 November 2007

Melawak dengan mencela

Kalau diperhatikan bahwasanya hiburan di televisi yang berupa lawakan, sangat memprihatinka. Apa sebab? Itu tidak lain karena sangat dipaksakan untuk membuat orang tertawa dengan mencela fisik dan kekurangan orang. Mau bukti? Silahkan lihat bagaimana Tukul dalam acara Empat Mata dihina dan diejek untuk membuat orang ketawa. Namun anehnya itu semua sangat digemari, buktinya ratingnya tinggi, makanya ditayangkan setiap malam........ Begitu pula pada acara-acara hiburan yang dimaksudkan untuk membuat orang tertawa, hampir semua menyuguhkan ejekan dan hinaan kepada orang lain, jadi kita menganggap ejekan dan hinaan itu menjadi bahan tertawaan.....
Marilah kita renungkan firman Allah SWT dalam AL Qur’an pada Surat Al-Humajah (104) ayat 1 : “Kecelakaan besarlah bagi setiap pengumpat lagi pencela

Sabtu, 10 November 2007

belum nyata.......


Barusan bisa sholat lima waktu sudah sudah merasa “banyak” pahala, barusan puasa penuh di bulan ramadhan sudah merasa “banyak” pahala, barusan mengeluarkan zakat, infaq atau sadaqah sudah merasa “banyak” pahala, barusan naik haji sudah merasa mabrur.... akhirnya “sudah merasa cukup” amal ibadah sebagai bekal menghadap Allah SWT. Itulah kebanyakan manusia, akan menganggap dirinya sebagai orang yang ahli ibadah dan yakin dihari akhirat kelak akan masuk surga apabila sudah melaksanakan sholat, puasa, zakat dan haji.
Padahal Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an Surat Ali Imran (3) ayat 142: “Apakah kamu mengira bahwa akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar”.
Dari firman Allah SWT tersebut, jelas ternyata untuk memperoleh karunia Allah SWT berupa surga di akhirat kelak, belum cukup hanya bisa sholat, belum cukup hanya bisa puasa, belum cukup hanya mengeluarkan zakat, infaq dan sadaqah, belum cukup hanya bisa pergi haji..... belum cukup! Apalagi cara sholat, cara puasa, cara zakat, infaq dan sadaqah, serta cara haji, masih belum sesuai dengan “sunnah”? Pasti tidak akan cukup untuk memperoleh surga.....
Nah, yang lebih kebablasan lagi yaitu manusia yang mengaku-ngaku sebagai nabi,... barusan bisa “ngimpi” sudah menganggap sebagai tanda “pengukuhan” sebagai nabi. Atau ketemu “sesosok makhluk”, sudah berani menyatakan telah ditemui malaikat yang memberikan “wahyu”....padahal yang “menemui” itu mungkin saja jin atau setan. Kemudian membuat aturan-aturan ibadah, mengamandemen ketentuan dalam beribadah, bahkan membuat tata cata baru dalam beribadah....
Makanya, belum cukup bagi kita (apalagi hidup di jaman sekarang ini) dalam segala hal, terutama dalam ibadah, apalagi kalau tidak ada semangat dan jiwa jihad fisabilillah pada diri kita untuk meraih ridha Allah SWT, ditambah tidak ada kesabaran. Oleh karena itu jangan pernah ada perasaan cukup dalam beribadah, cukup dalam berzakat, infaq dan sadaqah, cukup dalam menuntut ilmu/belajar, cukup dalam berjihad (jangan-jangan memang tidak jihad), akhirnya untuk menempuh semua itu harus dengan kesabaran. Itulah yang ingin disaksikan oleh Allah SWT dengan “nyata” pada diri kita, kalau sudah nyata, maka kebahagianlah yang akan kita di akhirat kelak yaitu berupa surga.